Sisi Lain dari Teori Robert T Kiyosaki Masihkan Relevan ?

Sisi Lain dari Teori Robert T Kiyosaki Masihkan Relevan ?

Permadi meramal bahwa musibah berikutnya di Indonesia akan terjadi di Jakarta. Soros meramalkan pada awal 2005 bahwa ekonomi Amerika akan lesu tahun 2007. Kiyosaki juga meramal Amerika akan kewalahan dengan para pensiunan generasi ‘baby boomer’ yang akan mulai menarik tabungan pensiun mereka di tahun 2009/2010.

Siapa pun di antara mereka yang benar, Indonesia jelas akan mengalami imbas ekonomi yang dahsyat. Bahkan bisa terjadi krisis ekonomi tahap ke dua.

Negara ini adalah negara yang juara dalam hal utang luar negeri. Guncangan ekonomi dunia - atau anggap hanya ekonomi Amerika - dengan serta merta akan mengguncang ekonomi Indonesia. Itu berarti saya juga akan terkena imbasnya.

Saya berniat sengaja menjadikan tulisan ini sebagai catatan rencana menghadapi ketidakpastian ekonomi. Menurut buku-buku yang sempat dibaca, ketidakpastian dunia bisnis akan berakibat masyarakat menyimpan uangnya. Yang paling lazim adalah menyimpan di bank, valas, properti, atau logam mulia. Menurut anjuran salah satu buku, pada kondisi valas sedang tidak stabil maka penyimpanan yang relatif paling aman adalah emas. karena itulah saya mulai mengamati benda aneh satu itu yang manfaatnya kurang jelas, tapi diminati banyak orang.

Emas memang menjadi backup dari peredaran uang yang dikeluarkan suatu negara. Awalnya jumlah uang beredar harus dibackup oleh emas dengan jumlah yang senilai. Namun suatu ketika aturan ini diperlonggar menjadi satu emas menanggung sekitar uang 3 kali lipat nilainya. Tentunya jaminan negara atas uang yang beredar menjadi rentan bila tiba-tiba semua masyarakat mengembalikan uang tersebut dan minta diganti emas. Karena itu lazimnya nilai mata uang sebuah negara bergantung pada kredibilitas negara itu (pemerintah) yang menjaminnya. Pelan-pelan biasanya nilai uang yang beredar terkoreksi karena inflasi.

Jadilah emas hingga sekarang menjadi ukuran sesungguhnya sebuah uang. Kabarnya harga dinar seekor ayam 1400 tahun lalu akan sama bila dinilai dengan dinar sekarang. Demikian pula ongkos naik haji dari dulu hingga sekarang akan tetap nilai dinarnya. (katanya sih…)

Sekarang bicara yang lebih serius. Andaikan ekonomi memang jatuh terpuruk, maka terjadilah perpindahan kekayaan besar-besaran di masyarakat. Yang sudah siap akan mendapatkan keuntungan dari yang tidak siap.Saat krisis moneter biasanya harga properti jatuh karena bunga tinggi dari bank menyebabkan kredit properti sangat mencekik nasabah. Dengan demikian bisnis properti menjadi lesu. Saat itulah para investor yang memiliki uang tunai akan mengakuisisi properti sebanyak-banyaknya seperti kejadian masa krisis moneter dulu. Memang rasanya sangat sulit menjual rumah dengan harga wajar saat itu, karena kebanyakan masyarakat umum lebih suka menabung di bank maka mereka yang punya cukup uang segera mengakuisisi properti yang berharga. Saya dulu termasuk kelompok masyarakat yang ikut menjual -untunglah tidak ada yang beli!

Karena masa krisis adalah jendela kesempatan untuk mendapatkan bargain menguntungkan (bagi yang siap dengan dana tunai), maka ada baiknya kita bersiap-siap sebelum krisis itu terjadi. Saat ini logam mulia adalah komoditas yang ramai diburu investor. Saya sih pingin ikut, sayang duitnya terbatas.

Rekan saya, Pak Tri, pernah bercerita tentang temannya yang terus membeli emas (berapa pun harganya) sebelum krismon. Saat krismon harga emas ikut melambung mengikuti dolar. Maka dia melepas emasnya dan kemudian membeli properti investasi yang cukup banyak di Balikpapan. Memang harga properti terlambat ikut naik, sehingga hanya naik sekitar 2 kali lipat, sementara dolar dan emas naik hingga 5 kali lipat. Penting diketahui, emas untuk investasi berbentuk koin atau batang yang disebut Logam Mulia. Buka yang berbentuk perhiasan. Untuk emas berbentuk perhiasan nilai jualnya sangat jatuh karena ongkos pembuatan hiasan tidak dihargai. Sedangkan emas Logam Mulia (LM) nilainya relatif tetap, seperti halnya kita bertransaksi valas.

Kalaupun ramalan Permadi, Soros, maupun Kiyosaki itu meleset semua, yang pasti kita sudah punya tabungan logam mulia. Peningkatan harga logam mulia emas sejak krismon 1997 adalah sekitar 7-8 kali lipat (dari sekitar 25ribu menjadi sekitar 190ribu per gram). Sedangkan kenaikan valas dolar adalah sekitar 4 kali lipat (dari 2400 menjadi 9000). Kalau diperhatikan dengan seksama, sebenarnya daya beli emas relatif tetap namun dolar lah yang melemah, apalagi si uang rupiah kita itu.

Kalau Anda setuju dengan analisis ini (saya sih tidak percaya Permadi, tapi percaya Soros -paling tidak dia punya dana besar untuk ikut mewujudkan ramalan dia itu), mari kita bersiap-siap dan mulai menabung dengan emas (mengikuti ‘kegilaan’ manusia di seluruh dunia yang terpesona dengan benda-entah-apa-manfaatnya itu).

PS : catatan ini ditulis untuk dikaji lagi 2-3 tahun mendatang. Apakah resepnya bener, atau justru layak menjadi tertawaan…. Paling enak memang Freeport, karena dia seperti mengambil uang dari dalam bumi yah…

1000 Teman Anda Membagikan Tulisan Ini Ke: Facebook Twitter Google+
Posted by ., Published at 13.37